Inibaru.id – Tahukah kamu, tembakau di tiap daerah di Indonesia memiliki rasa yang unik?
Nah, keunikan tembakau Indonesia ini menarik perhatian Yap Kay Tjay, petani tembakau yang datang dari negeri Tiongkok. Dia sering berkeliling pelosok nusantara untuk mencicipi tembakau.
Dia pun memulai usaha tembakaunya pada 1985 di Semarang. Tepatnya di Jl. KH Wahid Hasyim 2A Kranggan, depan gerbang kawasan Pecinan Semarang kafe tembakau ini berada.
Sebagian besar hidupnya dia habiskan untuk mengelola tembakau mulai dari awal menanam hingga panen demi menghasilkan tembakau berkualitas. Dia juga menjalin jaringan dengan para petani tembakau yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Berbagai jenis tembakau yang dijual di Mukti Kafe (Independen.id)
Dipegang Generasi Ketiga
Melansir Radarsemarang.com (20/01/2017), setelah Yap Kat Tjay meninggal, usaha tembakaunya diwariskan kepada anaknya Bram Mukti Agung. Lalu diteruskan oleh cucunya Kusuma Atmaja Agung sejak 1968.
Kusuma Atmaja Agung menjelaskan dalam pengolahan tembakau memiliki proses yang panjang, lo. Ada tahap penimbunan yang minimal dilakukan selama 2 tahun. Namun nggak sedikit pula yang ditimbun selama 5, 6, 7 bahkan hingga 19 tahun. Semakin lama ditimbun maka harganya akan semakin mahal. Wah!
Setelah mendapat tembakau dari berbagai daerah, kemudian dia timbun di pabrik pengolahan tembakau miliknya di Weleri Kendal. Tembakau yang siap jual akan dia bahawa ke Mukti Kafe. Mau cari Sopeng, Srintil, atau natural blend? Ada, lo.
Uniknya, di kafe ini para pengunjung diajak untuk tingwe (linting dewe) untuk menikmati tembakau. Kini, pengunjung juga dapat menikmati lintingan rokok dan secangkir kopi di lantai dua. Dibangun pada 2014, kafe ini nggak pernah sepi.
Suasana Mukti Kafe. (Solopos.com/Imam Yudha S.)
Di sini harga tembakau bervariasi, mulai dari Rp 5ribu hingga ratusan ribu rupiah. Wah, jadi destinasi wajib pencinta tembakau, nih. (IB13/E05)